Ibis-Belibis

jogja. tribunnews.com

Sekitar akhir tahun lalu hingga sekarang, aku sekeluarga menginap di apartemen saudara di daerah Senen. Karena itulah, belakangan ini aku tidak datang ke homeschooling dan mengikuti kelas menulis, karena kendala jarak yang jauh.

Namun, kendala itu kukesampingan untuk kemarin karena keharusanku mengikuti latihan untuk Nasipela yang aku ikuti. Seperti biasa, aku menggunakan jasa Gojek, karena harganya yang jauh lebih murah dan praktis dibanding jasa transportasi yang lain.

Pagi itu aku menemui driver-nya, dan memberitahu beberapa info tentang tujuan perjalanan. "Lokasinya di Jalan Belibis Terusan, pak," ujarku padanya, lalu bapak itu mengangguk-angguk, aku beranggapan dia tahu jalan.

Pergilah kami, mengitari Jakarta di bawah teriknya matahari yang tepat berada di atas helm kami. Bapaknya mengendara dalam kecepatan tinggi, mungkin ingin cepat-cepat meneduh dan meneguk beberapa minuman dingin pelepas dahaga. Dalam hati aku harap-harap cemas, karena itu pertama kalinya aku ke homeschooling dari Senen. Lalu, gelisahku sirna ketika melihat gedung slipi jaya di ujung pandangan, lalu membatin, 'wah, udah deket.'

Dari sana, aku sudah mulai tak memperhatikan jalan. Aku beranggapan si bapak sudah tahu jalannya. Tiba-tiba, dia menepi dan memasuki hotel Ibis Slipi. Aku bingung bukan main. Beliau berhenti di depan lobi, lalu aku mengangkat kaca helm dan berkata, "bukan di sini, pak."

"Loh?" Bisa kudengar nada bapaknya yang meninggi di antara jarak kami dan telingaku yang ketutupan helm. Ia lalu mengomel, sambil menggerak-gerakkan tangannya, meliuk-liuk memperagakan jalan-jalan.

Sesudahnya, aku hanya bisa berdzikir dan menahan amarah yang sudah di ujung tanduk. Padahal bapaknya bisa melihat di aplikasi dan menggunakan Google Peta. Tetapi ya sudahlah, biarkan jadi pelajaran untukku agar tak mencontoh perbuatan beliau yang jelas buruk.

Komentar

Postingan Populer